Rabu, 11 Januari 2017

Penyakit Pada Sapi Perah

Penyakit pada Ternak Sapi Perah

Dalam pemeliharaan ternak, salah satu penghambat yang sering dihadapi adalah penyakit. Bahkan tidak jarang peternak mengalami kerugian dan tidak lagi beternak akibat adanya kematian pada ternaknya.

Secara umum penyakit hewan adalah segala sesuatu yang menyebabkan hewan menjadi tidak sehat. Hewan sehat adalah hewan yang tidak sakit dengan ciri-ciri (a) bebas dari penyakit yang bersifat menular atau tidak menular, (b) tidak mengandung bahan-bahan yang merugikan manusia sebagai konsumen, dan (c) mampu berproduksi secara optimum.

Banyak sekali penyakit yang dapat menyerang sapi perah namun demikian yang terpenting adalah mastitis, anthrax, PMK (penyakit mukut dan kuku), BSE atau mad cow dan lainnya. Disamping itu penyakit yang mungkin sehari-hari dapat dihadapi peternak seperti busuk kuku (foot rot), kembung perut dan lain-lainnya.

1. Mastitis atau Radang Ambing

Mastitis atau radang ambing merupakan penyakit terpenting pada sapi perah, tidak hanya di Indonesia namun juga di dunia. Mastitis merupakan peradangan kelenjar susu yang disertai dengan perubahan fisik, kimiawi dan mikrobiologi. Secara fisis pada air susu sapi penderita mastitis klinis terjadi perubahan warna, bau, rasa dan konsistensi.

Mastitis dipengaruhi oleh interaksi 3 faktor yaitu ternak itu sendiri, mikroorganisme penyebab mastitis dan faktor lingkungan. Menurut para ahli penyebab utama mastitis adalah kuman Streptococcus agalactiae, Streptococcus dysagalactae, Streptococcus uberis, Stafilokokus aureus dan Koliform. Faktor lingkungan, terutama sanitasi dan higienis lingkungan kandang tempat pemeliharaan, posisi dan keadaan lantai, sistem pembuangan kotoran, sistem pemerahan, iklim, serta peternak itu sendiri dan alat yang ada.

Tanda-tanda klinis penyakit

Mastitis terutama yang klinis dapat dilhat dengan adanya perubahan bentuk anatomi ambing dan fisik air susu yang keluar. Sedangkan mastitis subklinis dapat didiagnosis melalui uji kimiawi atau uji mikrobiologis. Faktor-faktor yang sering menjadi penyebab tidak langsung atau mendorong meningkatnya mastitis antara lain anatomi (besar dan bentuk ambing, puting), umur ternak, jumlah produksi susu, dan lainnya. Faktor ternak terutama dipengaruhi oleh stadium laktasi, sistem kekebalan, kepekaan individu, anatomi dan umur serta penanganan pasca pemerahan.

Gejala klinis mastitis nampak adanya perubahan pada ambing maupun air susu. Misalnya bentuk yang asimetri, bengkak, ada luka, rasa sakit apabila ambing dipegang, sampai nantinya mengeras tidak lagi menghasilkan air susu jika sudah terjadi pembentukan jaringan ikat. Pada air susu sendiri terjadi perubahan bentuk fisik maupun kimiawi.

Pada mastitis subklinis, perubahan secara klinis pada ambung maupun air susu tidak nampak namun dengan pengujian secara mikrobiologi dan kimiawi akan nampak adanya perubahan. Penurunan produksi yang tidak wajar merupakan gejala yang dapat diperhatikan peternak untuk mendeteksi mastitis subklinis.

Perbedaan Air Susu Sapi Mastitis dan Normal

Air susu pada sapi normal

Fisik
Warna Putih kekuningan
Rasa agak manis
Bau harum asam
Konsistensi cair, emulsi merata
Kimiawi
Kasein normal
Protein total normal
Albumin normal
Globulin normal
Gula susu normal
Laktosa normal
Tekanan osmose isotonis
PH air susu normal
Jumlah SCC (sel/ml air susu) 0 – 200,000
PMN (%) 0 – 25
Mikroorganisme
Jumlah bakteri total dan sel radang yang dianggap aman < 500.000
Air susu pada sapi penderita mastitis

Fisik
Warna putih pucat agak kebiruan
Rasa getir atau agak asin
Bau asam
Konsistensi pecah, lebih cair, kadang ada jonjot, endapan fibrin dan bila dipanasi pecah.
Kimiawi
Kasein menurun
Protein total menurun
Albumin meningkat
Globulin meningkat
Gula susu menurun
Laktosa menurun
Tekanan osmose hipotonis
PH air susu alkalis
Jumlah SCC (sel/ml air susu) di atas 400.000
PMN (%) di atas 25

Diagnosa

Diagnosa mastitis dapat dilakukan dengan melihat perubahan patologi anatomi terutama pada ambing dan menguji perubahan fisik dan kimiawi serta mikrobiologis air susu. Uji yang biasa dilakukan misalnya dengan Uji CMT dan lainnya Gejala klinis lainnya seperti demam, penurunan nafsu makan juga sering menyertai penderita mastitis.

Tindakan Penanganan

Usaha untuk mengatasi mastitis sebaiknya ditekankan pada usaha pencegahan. Dengan memperhatikan faktor-faktor predisposisi dan melakukan sanitasi secara teratur dan benar baik  terutama terhadap kandang dan peralatan serta memperhatikan kesehatan pekerja khususnya pemerah. Kebersihan kandang, kebersihan sapi, jumlah sapi dalam kandang, cara pemberian air susu pada pedet, metode pemerahan, pemberian desinfektan pada puting setelah pemerahan merupakan sebagaian masalah yang belum dapat diatasi oleh peternak kita.

Pengobatan dilakukan dengan memperhatikan jenis antibiotika, jumlah yang digunakan, aplikasinya,. Antibiotika ada yang bersifat long acting maupun jangka pendek, begitu juga cara  pemberiannya. Beberapa antibiotika yang biasa digunakan antara lain Penisilin, Streptomisin, Ampisilin, kloksasilin, neomisin, oksitetrasiklin, tetrasiklin.

2. Antraks atau Radang Limpa

Penyakit antraks (Anthrax) atau radang limpa, merupakan salah satu penyakit yang bersifat zoonosis atau dapat menular ke manusia. Kasus muncul terutama pada musim pancaroba.  Antraks menyerang hewan khususnya ruminansia (sapi, kerbau, domba, kambing, babi), burung unta dan hewan menyusui lainnya.

Penyebab penyakit antraks adalah bakteri bacillus anthracis. Sumber infeksi utama adalah ternak terinfeksi, air dan tanah. Bahan-bahan lainnya misalnya bahan pakan juga diketahui menjadi sumber infeksi setelah bahan tersebut tercemari baik oleh spora maupun kumannya. Bentuk spora tahan terhadap pemanasan pada suhu tinggi, pemanasan secara kering dengan suhu 150°C dapat membunuh spora antraks dalam waktu 1 jam, sedangkan pemanasan basah dengan autoclaf pada suhu 120°C akan memusnahkan spora dalam waktu 15 menit. Bentuk vegetatif akan mati dengan pemanasan 55 – 60°C.

Masa inkubasi penyakit antraks biasanya berkisar antara 1 – 3 hari dan kadang dapat lebih dari 2 minggu. Sedang tanda-tanda umum pada tipe akut dan kronis adalah demam, sesak nafas, depresi dan lemah serta kadang disertai kejang. Tanda-tanda ternak terserang antraks biasanya berbeda antar spesies.

Ada beberapa tipe antraks yaitu:

Tipe kutaneus (kulit), yang biasanya menyebar melalui kulit yang luka. Penyebaran penyakit biasanya melalui kontak langsung dengan bahan terkontaminasi. Spora dari tanah atau karkas yang terkontaminasi kuman menjadi penyebab kasus tersebut,
Tipe inhalasi, antraks tipe ini seringkali disebabkan ternak atau orang yang menghirup debu yang tercemari spora, sehingga masuk melalui saluran pernafasan, penyakit menimbulkan demam yang tinggi, batuk kering, cyanosis, shock dan rasa sakit yang luar biasa dan akhirnya menimbulkan kematian.
Tipe gastrointestinal. Tipe gastrointestinal dapat terjadi jika ternak mengkonsumsi bahan yang terkontaminasi kuman basil antraks.

Pengendalian penyakit

Ternak terserang antrak jika ditangani dengan cepat akan tertolong dengan antibiotika seperti penisilin, tetrasiklin, streptomisin dan antibiotika lainnya. Program yang paling baik untuk mencegah antraks adalah vaksinasi secara teratur pada daerah-daerah endemi antraks. Program vaksinasi dilakukan satu kali dalam setahun dengan menggunakan vaksin spora antraks (hidup) galur 34 F2 (sterne strain). Dosis yang dianjurkan, untuk sapi dan kerbau adalah 1 ml/ekor sedangkan untuk kambing dan domba adalah 0.5 ml/ekor.

Penyakit pada Ternak Sapi Potong

Penyakit pada sapi potong relatif tidak sekomplek penyakit pada sapi perah. Namun demikian banyak juga penyakit yang selain menyerang sapi perah juga menyerang sapi potong TBC, Anthrax, PMK (penyakit mukut dan Kuku), BSE atau Mad Cow dan lainnya. Disamping itu penyakit yang mungkin sehari-hari dapat dihadapi peternak seperti diare, cacingan, kembung perut dan lain-lainnya.

1. Diare (mencret)

Penyakit ini sering terjadi terutama pada musim penghujan. Penyebab diare antara lain mikroorganisme yang mencemari kandang, karena kandang kurang bersih, becek, ventilasi kurang baik dan lain-lainnya.

Kadang-kadang pemberian pakan yang tidak teratur dan cacingan juga menjadi penyebab diare.

Cara mengatasinya adalah memperhatikan hal-hal tersebut di atas. Pengobatan dapat dilakukan secara sementara dengan obat tradisional. Jika mencret terus menerus upayakan setidaknya ternak mendapatkan minum (tambahkan gula dan garam) sebagai pengganti cairan tubuh.

2. Pneumonia (Radang Paru)

Penyakit radang paru ini terutama disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri dan virus. Namun demikian iklim (misalnya cuaca yang terlalu dingin) dan lingkungan (misalnya banyak debu atau partikel makanan khususnya konsentrat yang masuk ke saluran pernafasan dan lain-lainya) seringkali menjadi pendorong utama timbulnya pneumonia. Faktor kandang misalnya ventilasi, kandang terlalu lembab, angin yang masuk terlalu kencang, kelembaban yang terlalu tinggi, kurang sinar matahari, stress atau penanganan ternak yang kurang baik sering menjadi penyebab keradangan.

Gejala yang terlihat antara lain hidung ingusan terus menerus, cekung hidung kering, demam, batuk-batuk, frekuensi pernafasan cepat dan dangkal, kadang nampak kesulitan bernafas, nafsu makan ternak berkurang dan pertambahan bobot badan rendah.

Pencegahan penyakit antara lain dapat dilakukan dengan memperhatikan perkandangan yang baik misalnya perhatikan ventilasinya, sinar matahari upayakan masuk sampai ke kandang (lantai), jaga angin supaya tidak langsung mengenai ternak, memperhatikan cuaca atau iklim, jaga sanitasi kandang dan lingkungan, jaga kontak dengan orang yang sedang sakit radang baik paru maupun pilek biasa dll. Jika memungkinkan pengobatan dengan antibiotika seperti Penstrep, oksitetrasiklin sesuai dengan petunjuk petugas.

3. Keropos Kuku atau Busuk Kuku

Penyakit ini walaupun tidak mematikan namun namun mengganggu produksi. Penyebab penyakit antara lain bakteri atau kuman. Tanda-tandanya antara lain kepincangan, kuku koyak dan berbau busuk.


Tanah yang becek merupakan media perkembangan kuman penyebab penyakit busuk kuku dan menular dari ternak satu ke ternak lainnya. Penanganannya adalah kuku digunting sampai pada bagian jaringan yang sehat. Semprot dan bersihkan dengan antiseptik misalnya dengan antisep, obat merah, iodium, dll kemudian ditutup. Pemotongan kuku secara teratur sangat membantu pencegahan penyakit. Hindarkan tempat yang memungkinkan adanya penyebaran penyakit.


Sumber :
2015.Penyakit Pada Ternak Sapi Perah dan Sapi Potong .https://agusputrosardoyo.wordpress.com/2015/01/08/penyakit-pada-ternak-sapi-perah-dan-sapi-potong .Di akses tanggal 12 Januari 2017

Perkandangan Sapi Perah

Sistem Perkandangan Pada Sapi Perah


Kandang merupakan salah satu faktor lingkungan hidup ternak, harus bisa memberikan jaminan untuk hidup yang sehat dan nyaman sesuai dengan tuntutan hidup ternak dan bangunan kandang diupayakan harus mampu untuk melindungi ternak dari gangguan yang berasal dari luar seperti sengatan matahari, cuaca buruk, hujan dan tiupan angin kencang. Secara umum kontruksi kandang harus kuat, mudah dibersihkan, bersikulasi udara baik. Selain itu, ternak terlindung dari pengaruh lingkungan yang merugikan. Oleh karena itu, sehubungan dengan kontruksi ini yang perlu mendapat perhatian terutama mengenai arah kandang, ventilasi, atap, dinding dan lantai (Sugeng dan Sudarmono, 2008). Kandang dapat dibuat secara tunggal atau ganda, tergantung dari jumlah ternak yang dipelihara. Kandang tipe tunggal, penempatan sapi dilakukan pada satu baris atau sejajar, sementara kandang tipe ganda penempatan ternak sapi dilakukan dua jajaran yang saling berhadapan atau saling bertolak belakang diantara kedua jajaran tersebut biasanya diberi jalur atau jalan.

Beberapa persyaratan yang diperlukan dalam mendirikan kandang antara lain (1) memenuhi persyaratan kesehatan ternak, (2) mempunyai ventilasi yang baik, (3) efisien dalam pengelolaan (4) melindungi ternak dari pengaruh iklim dan keamanan seperti pencurian (5) serta tidak berdampak buruk terhadap lingkungan sekitarnya. Konstruksi kandang harus kuat dan tahan lama, penataan dan perlengkapan kandang hendaknya dapat memberikan kenyamanan kerja bagi petugas dalam proses produksi seperti memberi pakan, pembersihan, pemeriksaan birahi dan penanganan kesehatan. Bentuk dan tipe kandang hendaknya disesuaikan dengan lokasi berdasarkan agroklimat, pola atau tujuan pemeliharaan dan kondisi fisiologis ternak.
A.  TIPE KANDANG
1.  Kandang Tipe Tunggal
Kandang tunggal merupakan tipe kandang yang ditempati oleh satu ternak di lengkapi oleh tempat pakan dan tempat minum. Penempatan ternak pada kandang tunggal dilakukan dengan metode satu baris atau sejajar, sedangkan pada bagian belakang adalah parit pembuangan kotoran.

2.  Kandang Tipe Ganda
Kandang ganda merupakan tipe kandang yang ternaknya saling berhadapan (head to head) atau tolak belakang (tail to tail), dan dilengkapi oleh tempat pakan dan tempat minum.

3.  Kandang Tipe Paddock
Kandang paddock merupakan tipe kandang dengan penempatan ternal secara individual dan memiliki umbaran sehingga memungkinkan ternak untuk bisa bergerak lebih bebas dibanding dengan kandang tipe individu dan kandang tipe ganda. Kandang ini dikhususkan untuk ternak agar dapat melakukan exercise.


B.            KANDANG BERDASARKAN FUNGSINYA
1.  Kandang Isolasi dan Karantina
Kandang karantina dipergunakan untuk mengkarantina ternak yang baru masuk atau baru datang dengan tujuan pemeriksaan kondisi ternak yang baru datang tersebut, sedangkan kandang isolasi hanya digunakan untuk memisahkan ternal yang sedang sakit agar tidak menular ke ternak yang lainnya.
2.  Kandang pembibitan
Kandang pembibitan digunakan untuk pemeliharan induk/calon induk dengan tujuan untuk menghasilkan anak. Tipe kandang untuk program pembibitan ternak berdasarkan program perkawinanya, yaitu menggunakan kandang individu atau kandang kelompok
3.   Kandang beranak
Kandang beranak atau kandang menyusui adalah kandang untuk pemeliharaan khusus induk atau calon induk yang telah bunting tua sampai disapih dengan tujuan menjaga keselamatan dan keberlangsungan hidup pedet. Kontruksi kandang beranak harus memberi kenyamanan dan keleluasaan bagi induk dan anaknya selama menyusui. Kandang beranak termasuk tipe individu yang dilengkapi dengan palungan pada bagian depan, dan selokan pada bagian dibelakang ternak, serta di belakang kandang dilengkapi dengan halaman pelumbaran. Lantai  kandang selalu bersih, kering dan tidak licin.
4.   Kandang pembesaran
Kandang pembesaran untuk pemeliharaan ternak lepas sapih sampai dewasa. Tipe kandang ini adalah kandang kelompok yang mempunyai umbaran. Kontruksi kandang pembesaran untuk ternak lepas sapih harus menjamin ternak tidak bisa keluar pagar serta mampu mencapai pakan di dalam palungan
5.   Kandang penggemukan
Kandang penggemukan untuk ternak sampai mencapai bobot tertentu. Lama pemeliharaan ternak pada kandang penggemukan berkisar antara 3-5 bulan, tergantung pada kondisi awal ternak (umur dan bobot badan) dan ransum yang diberikan.
6.   Kandang pejantan
Kandang pejantan untuk pemeliharan ternak jantan yang khusus digunakan sebagai pemacek. Tipe kandang pejantan adalah individu yang dilengkapi dengan palungan (sisi depan) dan saluran pembuangan kotoran pada sisi belakang. Kontruksi kandang pejantan harus kuat serta mampu menahan benturan dan dorongan serta memberikan kenyamanan dan keleluasaan bagi ternak.


Sumber :

 Saputro,Thomas.2015. Model\Tipe Kandang Ternak Berdasarkan Fungsinya. Diakses tanggal 11 Januari 2017. http://www.ilmuternak.com/2015/03/model-tipe-kandang-ternak-berdasarkan-fungsinya.html.

Penyakit Pada Sapi Perah



PENYAKIT PADA SAPI PERAH

1.       Fase Pedet
A.Diare
Gejala Umum
·         Lemah
·         Dehidrasi
·         Mata Cekung
·         Nasfu makan turun
Penyebab
·         Perubahan funsi usus karena serangan mikroorganisme yang menyebabkan usus berhenti mencerna, yang meningkatkan jumlah feses dan cairan.
·         Radang usus
Perawatan
·         Pemberian antibiotik dan sulfa
·         Pemberian elektrolit
·         Jumlah pemberian air susu dikurangi sapai sepenuhnya
Pencegahan
·         Memberikan colostrum yang cukup dalam beberapa jam pertama setelah lahir.
·         Sediakan lokasi yang teduh dari cuaca dingin untuk menghindari stress. Kejadian stress sangat pentig untuk memungkinkan terjadinya diare .
·         Manajemen dan pemberian pakan yang baik. Pemberian pakan yang terlalu banyak dan perubahan kompossi pakan dapat menyebabkan stress.
·         Tali pusar segera didesinfektan
·         Pedet divaksinasi dengan antibakteri, serum atau antitoksin
B.  Radang Paru-Paru
Gejala Umum
·         Demam
·         Hidung Kotor dan Berlendir
·         Batuk
·         Sulit bernafas
·         Nafsu mkan hilang
·         Badan lemah
Penyebab
·         Demam
·         Hidung kotor dan berlendir
·         Batuk
·         Sulit bernafas
·         Nafsu mkan hilang
·         Badan lemah
Penyebab
·         Udara dingin
·         Lingkungan lembab
·         Tidak berventilasi
Pengobatab
·         Pemberian antibiotik dan sulfa
·         Kandng harus bersih, kering dan hangat
Perawatan
·         Pemberian pakan teratur
·         Kandang dan lingkungan bersih, kering dan hangat
·         Pemberian antibiotic secara periodic selama masa menyusu
2.       Fase Dewasa



A ) Mastitis

Gejala Umum
·         Depresi,
·         Mata cekung,
·         Ambing bengkak,
·         Ambing keras,
·         Ambing panas (<36o).
·         Suhu rectal tinggi dan sangat sensitif apabila tersentuh
Penyebab
·         Staphylococcus aureusmerupakan salah satu penyebab utama mastitis pada sapi perah .
Perawatan
·         Disinfeksi puting dengan alkohol dan infusi antibiotik intra mamaria
Pencegahan
·         Meminimalisasi kondisi-kondisi yang mendukung penyebaran infeksi dari satu sapi ke sapi lain dan kondisi-kondisi yang memudahkan kontaminasi bakteri dan penetrasi bakteri ke saluran puting.
·         Air susu pancaran pertama saat pemerahan hendaknya ditampung di strip cup dan diamati terhadap ada tidaknya mastitis.
·         Perlu pencelupan atau diping puting dalam biosid 3000 IU (3,3 mililiter/liter air).
·         Penggunaan lap yang berbeda disarankan untuk setiap ekor sapi, dan pastikan lap tersebut telah dicuci dan didesinfektan sebelum digunakan.
·         Pemberian nutrisi yang berkualitas, sehingga meningkatkan resistensi ternak terhadap infeksi bakteri penyebab mastitis.
B ) MILK FEVER 

Gejala Umum
·         Gejala penyakit pada tingkat masih rendah, sapi masih dapat berdiri, tetapi nafsu makan hilang, kurang peka terhadap lingkungan,kaki dan telinga dinging, suhu badan rendah kurang lebih 35˚C, kaki belakang lemah dan sulit berkurang atau berhenti sehingga terjadi penimbunan gas di dalam rumen
·         Tingkat parah sapi hanya mampu bertahan 6 sampai dengan 24 jam saja. Sebenarnya angka kesembuhannya cukup baik dan tingkat mortalitas kurang dari 2-3 % apabila segera diketahui dan diberikan pertolongan
Penyebab
·         Produksi air susu. Biasanya peningkatan produksi air susu akan meningkatkan metabolisme Ca dan meningkatkan Ca ke colostrum. Bila pemasukan tidak seimbang maka kemungkinan besar akan terjadi Milk Fever.
·         Umur sapi. Penyerapan Ca pada sapi-sapi tua mengalami penurunan.
·         Kemauan makan sapi. Pada saat menjelang melahirkan, 8-16 jam atau lebih, kebanyakan sapi mengalami penurunan nafsu makan. Turunnya nafsu makan akan menyebabkan turunnya ketersediaan kalsium yang siap diserap.
·         Ransum pakan. Pakan sapi perah yang terdiri dari hijauan dan konsentrat yang seimbang adalah Ca:P = 1:1.
Perawatan
·         Penyuntikan 750 s/d 1500 ml Gluconas calcium 20 % secara intravena pada vena jugularis. Suntikan dapat diulangi kembali setelah 8 sampai 12 jam kemudian
Pencegahan
·         Sapi harus cukup mendapatkan kandungan Ca, P, Mg dalam ransum.
·         Pengobatan dengan injeksi preparat-preparat Ca secara intravenous 500 cc, dengan larutan calsium gluconate 20 %.

Sumber :


2013. Penyakit Pada Sapi Perah. Diakses tanggal 11 Januari 2017. http://sapi-peres.blogspot.co.id/2013/12/penyakit-pada-sapi-perah.html?m=1.